Rabu, 21 Mei 2008

1.2 Evaluasi menggunakan Simulasi Komputer-2

1.2.2 Komunikasi Point-to-Multipoint

Gambaran komunikasi point-to-multipoint ditunjukkan pada Gambar 1.11 berikut ini. Pada komunikasi point-to-multipoint, sebuah access point (AP) berkomunikasi dengan beberapa user terminal (UT). Mula-mula, user-user mengirimkan data informasi mereka menggunakan suatu protokol. Protokol didefinisikan antara sebuah AP dan beberapa UT. Pada beberapa kasus, tabrakan antara data informasi dari beberapa UT akan muncul. Dengan mendeteksi tabrakan dan menghitung jumlahnya, kita simulasikan throughput data yang ditransmisikan. Selanjutnya, waktu delay rata-rata untuk mengirimkan data informasi dari sebuah UT juga disimulasikan. Namun, walaupun tabrakan muncul, perbedaan level sinyal yang diterima cukup besar. Dalam kasus ini, data yang memiliki level sinyal terbesar diterima pada AP walaupun terjadi tabrakan. Efek ini disebut efek capture[1]. Jika kita mempersiapkan suatu data evaluasi antara level sinyal interferensi dan BER, FER, atau PER dalam simulasi komunikasi point-to-point, kita dapat mensimulasikan throughput dan waktu delay rata-rata dengan lebih terperinci pada lingkungan yang memiliki efek capture.

Sebagaimana ditunjukkan di atas, faktor-faktor berikut dievaluasi utamanya pada komunikasi point-to-multipoint di buku ini :
Throughput;
Waktu delay rata-rata;
Nilai-nilai ini dievaluasi dengan mengubah-ubah parameter-parameter berikut:
Jumlah UT;
Volume trafik yang ditawarkan;
Level dari efek capture.

Sebuah diagram alir representative ditunjukkan pada Gambar 1.12. Mula-mula, model trafik, yang merupakan model pembangkitan data pada tiap terminal, posisi AP, posisi UT, dan jumlah UT ditentukan. Kemudian, dalam sebuah program protokol akses, kita evaluasi throughput dan delay transmisi rata-rata dengan memutuskan apakah sebuah paket transmisi terkirim ke AP atau tidak.

1.2.3 Komunikasi multipoint-to-multipoint

Skema komunikasi multipoint-to-multipoint ditunjukkan pada Gambar 1.13. Pada komunikasi multipoint-to-multipoint, beberapa AP dan UT dipasang, serta probabilitas call-blocking dievaluasi sebagai sebuah topic evaluasi baru.
Call blocking muncul ketika sistem seluler yang ditunjukkan pada Gambar 1.13 dipertimbangkan. Pada sistem seluler ini, frekuensi yang digunakan pada sebuah zona seluler digunakan kembali pada zona seluler yang lain. Sinyal transmisi yang dibangkitkan UT yang terletak di satu zona seluler kadangkala berinterferensi dengan AP yang terletak di zona seluler lainnya yang menggunakan pita frekuensi yang sama. Level interferensi yang menyebabkan call blocking cukup besar. Dengan membuat suatu model simulasi dari komunikasi multipoint-to-multipoint, kita dapat mengevaluasi probabilitas dari call blocking.
Sebuah diagram alir representative untuk mengevaluasi probabilitas ditunjukkan pada Gambar 1.14. Mula-mula, posisi UT dan AP, jumlah UT, dan ukuran zona seluler ditentukan. Dalam waktu bersamaan, model trafik, sebuah model pembangkitan data pada tiap terminal, juga ditentukan.
Kemudian, dalam sebuah teknik manajemen resource terprogram, seperti metode alokasi frekuensi, sebuah zona seluler dikonfigurasi, serta rasio antara level sinyal yang diinginkan dan level sinyal yang tidak diinginkan diukur pada setiap AP. Rasio tersebut dihitung dengan mempertimbangkan faktor-faktor tertentu seperti posisi AP dan UT, level daya yang dikirim, penguatan dan pola antenna, serta tinggi antenna. Dengan membandingkan rasio dengan level ambang yang ditentukan, kita dapat memahami apakah call blocking terjadi atau tidak. Akhirnya, kita dapatkan probabilitas call blocking.
Sebagaimana telah ditunjukkan sebelumnya pada bagian ini, buku ini memperbolehkan pembaca untuk mengembangkan sebuah pengertian dalam mengevaluasi performansi transmisi pada komunikasi point-to-point, point-to-multipoint, dan multipoint-to-multipoint menggunakan simulasi komputer.

0 komentar:

Wireless Communication Technology

Wireless Communication Technology Map WLAN (Wi-Fi) Quick Guide (Printed)